Adalah
salah satu ritual daur hidup yang wajib dilaksanakan oleh masyarakat Muna. Bagi
masyarakat umum, ‘kasambu’ dikenal dengan penyebutan ‘tujuh bulanan’. Memang,
acara kasambu adalah ritual yang
dilakukan terhadap seorang perempuan yang kandungannya telah berusia tujuh
bulan.
Ritual
kasambu dilakukan, diawali dengan ‘kakadiu’ yakni memandikan si ibu -–yang
mengandung— bersama suami. Pertama-tama, keluarga istri dan/atau suami akan
mengupas dua buah kelapa. Satu kelapa akan diparut untuk diambil santannya untuk
digunakan sebagai shampoo bagi istri
dan suami. Sedangkan kelapa yang lain akan dibelah dua di atas kepala suami dan
istri ketika duduk bersama di atas lesung setelah dimandikan.
Suami
istri –-masing-masing hanya memakai sarung Muna— akan duduk berdampingan di
atas lesung menghadap ke Barat sementara imam yang dibantu bhisa, ibu perempuan/pelaku tradisi yang dipercaya akan membagi tugas
dalam memantrai air dan santan. Imam akan memantrai air mandi dan bhisa akan memantrai
santan. Kemudian sepasang laki-laki dan perempuan yang orang tuanya masih
lengkap –-bukan yatim/piatu— atau keduanya yatim piatu akan bergantian
melakukan ‘kunde’ [mencuci rambut dengan santan] secara bergantian kepada suami
istri objek kasambu. Perempuan akan
meng-kunde istri dan laki-laki akan
meng-kunde suami.
Selanjutnya
imam akan menyiram air di kepala suami sebagai tanda dimulainya kakadiu. Imam menyiram kepala suami dan
suami disyaratkan menepuk air tersebut sebanyak tiga kali dengan tangan kanan.
Selanjutnya imam menyiram istri untuk melakukan hal yang sama yakni menepuk air
tiga kali. Lalu imam akan menyiram suami dan istri secara bergantian sampai
selesai.
Setelah
itu –-suami istri masih duduk di atas lesung— akan menghadap ke Timur, imam
akan menyiram suami dan istri secara bergantian tentu saja diawali dari suami
selanjutnya istri secara bergantian yang syaratnya menepuk air sebagaimana halnya
yang dilakukan sebelumnya.
Setelah
mandi, imam akan membelah kelapa dengan parang di atas kepala suami istri. Air
kelapa tadi akan disiram lagi di atas kepala suami istri sampai habis. Kemudian
kelapa akan diberikan pada bhisa.
Oleh bhisa, kelapa tersebut ditepuk
kemudian dijatuhkan ke lantai. Kelapa tersebut diusahakan untuk tengadah karena
akan dipungut oleh sepasang laki-laki dan perempuan tadi dengan menggunakan
mulut secara bergantian. Acara mandi selesai, bhisa akan mencungkil pantat suami-istri secara bergantian dimulai
dari suami dengan menggunakan parang yang dipakai membelah kelapa. Suami-istri
kemudian berpakaian untuk melaksanakan prosesi puncak kasambu.
Prosesi
kasambu akan dilakukan dalam ruangan
terluas pada bagian rumah yang mengadakan kasambu.
Biasanya di ruang tamu. Para ibu yang datang membantu, akan menyiapkan haroa kasambu. Sebagaimana haroa pada
umumnya dalam ritual di Kabupaten Muna.
Dalam
kehidupan masyarakat etnis Muna, haroa
berisi lapa-lapa, ketupat, ayam goreng, ayam gulai, telur, pisang, cucur,
wajik, sirkaya, dan lain-lain. Haroa
akan dikumpulkan pada talang besar berkaki untuk dibaca-baca oleh imam sebelum
dimakan. Ketika dibaca-baca, haroa
akan ditutup dengan kerudung atau kain putih. Setelah haroa-nya siap, maka akan diangkat dan dibawa di tempat pelaksanaan
puncak kasambu.
Kali
ini, suami-istri duduk di atas bantal ketika prosesi baca-baca. Selanjutnya
imam akan memimpin pembacaan doa dan diikuti oleh semua yang hadir. Pembacaan
doa selesai, maka kasambu akan
dilakukan oleh bhisa. Bhisa mengambil lauk telur atau ayam
lalu akan menyuap suami. Suami diwajibkan menggigit telur ayam ayam sedikit
saja lalu dibuang ke belakangnya sebelah kiri. Hal ini dilakukan sebanyak tiga
kali, lalu kemudian suami akan memakan telur atau ayam tersebut. Setelah itu, bhisa akan mengambil lapa-lapa atau
ketupat untuk di-sambu-kan kepada
suami. Kali ini tidak ada yang dibuang.
Setelah
itu, giliran istri, sama halnya yang dilakukan kepada suami, bhisa menyuap istri dengan telur atau ayam
dan membuangnya tiga kali ke belakang sebelah kiri sebelum dimakan, selanjutnya
istri disuapi lapa-lapa atau ketupat.
Setelah
bhisa, kini giliran ibu-ibu lain,
biasanya orang tua istri atau suami yang melakukan sambu kepada suami dan istri. Ibu akan memilih salah satu isi haroa. Tidak seperti yang dilakukan oleh
bhisa, kali ini suami dan istri akan
langsung menelan makanan yang diberikan. Demikian kasambu dilakukan sampai dua atau tiga orang ibu yang datang di
tempat diadakannya kasambu. Kasambu selesai diakhiri dengan bhisa yang kembali mencungkil pantat
suami-istri dengan parang yang dipakai sebelumnya lalu dilakukanlah makan bersama.
Tujuan
dan Manfaat serta Makna Kasambu
Segala ritual prosesi adat daur hidup dilakukan tentu saja
dimaksudkan untuk hal-hal tertentu. Demikian halnya dengan kasambu yakni dilakukan untuk memberi makan kepada suami-istri
dengan makanan istimewa, yang tidak dapat disiapkan sebagai makanan
sehari-hari. Pelaksanaannya pun tidak dengan makan seperti biasa. Kasambu dilakukan dengan menyuap
suami-istri yang sedang mengandung dengan usia kandungan tujuh bulan.
Hal ini dimaksudkan untuk memberi nutrisi kepada suami, istri, dan
yang paling penting adalah calon bayi yang dinanti-nantikan baik oleh orang
tua, nenek, maupun keluarga pada umumnya.
Bagi masyarakat Muna, kasambu
bukan hanya memberi nutrisi dari segi fisik tetapi juga nutrisi atau imunisasi dalam
‘bentuk’ yang berbeda, yakni nutrisi keinginan lahir dan batin yaitu memanjatkan
doa-doa yang tentu saja harapan-harapan untuk kebaikan anak kelak setelah
lahir.
Kendari, Mei 2015