Minggu, 05 April 2015

UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN DI MUNA

Pada bagian ini akan diuraikan tujuh unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan tersebut yakni sebagai berikut:
1.  Peralatan dan  Perlengkapan Hidup Manusia
Perlengkapan dan peralatan hidup di Muna telah lengkap dan dapat digolongkan modern.  Hal ini dapat dilihat pada: pertama, cara masyarakat dalam berpakaian; kedua, perumahan; mereka meskipun tetap mempertahankan rumah panggung karena identitas daerah Muna dengan rumah adat berbentuk panggung namun warga selalu berusaha untuk membangun rumah batu yang disambung dengan rumah panggung tersebut. Selain itu ada pula warga yang membangun rumah bertingkat namun dapat dihitung dengan jari. Warga lebih tertarik membangun rumah yang luas karena lahan yang dimiliki rata-rata luas.
Ketiga, alat-alat rumah tangga yang digunakan mudah diperoleh dipasar-pasar tradisional. Keempat, alat-alat produksi seperti mesin jahit sebagain warga telah memilikinya selain beberapa warga masih mempertahankan budaya menenun sebagai ciri khas daerah. Kelima, alat transportasi yang digunakan telah memadai, seperti mobil dan kendaraan bermotor bila di darat, dan spead boad dan jonson sebagai kendaraan di laut yang menghubungkan antarpulau.
2.  Mata Pencaharian Hidup dan Sistem-Sistem Ekonomi
Mata pencaharian hidup di Muna bermacam-macam, yakni, petani, peternak, nelayan, pedagang, PNS, perwira polisi, dan tentara. Sistem pendistribusian dari hasil mata pencaharian ini tidak mengalami kesulitan karena antara satu dengan yang lain saling membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu untuk mengirim barang-barang ke daerah di luar Muna banyak alat transportasi yang dapat disewa oleh para pelaku-pelaku ekonomi di daerah ini.
3.  Sistem Kemasyarakatan/Kekerabatan
Istilah kekerabatan sangat dikenal di daerah Muna. Istilah-istilah kekerabatan yang digunakan di Muna yakni idha, paapaa, ama, ina, awa, fokoidhau, fokopaapaa, fokoamau, fokoinau, kakuta/kabhera, isa/poisaha, ai/poaiha, pisa, ndua, ntolu, fokoanau, finemoghane, finerobhine, bhasitie, fokoawau, ana, kamodu, tamba, bhai, mosiraha, kamokula,abhi, mieno lambu, dan awantu/awa wangku.
a.   Idha adalah sebutan untuk ayah pada golongan La Ode dan Walaka;
b.  Paapaa adalah sebutan untuk ibu pada golongan Wa Ode dan Walaka;
c.  Ama adalah sebutan untuk ayah pada golongan maradika;
d.  Ina adalah sebutan untuk ibu pada golongan maradika;
e. Awa adalah sebutan untuk kakek, nenek, dan cucu untuk semua golongan;
f. Fokoidhau adalah sebutan untuk paman dari saudara laki-laki ayah dan/atau ibu pada golongan La Ode dan Walaka;
g. Fokopaapaa adalah sebutan untuk bibi dari saudara perempuan ayah dan/atau ibu pada golongan Wa Ode dan Walaka;
h. Fokoamau adalah sebutan untuk paman dari saudara laki-laki ayah dan/atau ibu pada golongan maradika;
i. Fokoinau adalah sebutan untuk paman dari saudara laki-laki ayah dan/atau ibu pada golongan maradika;
j. Kakuta/kabhera adalah sebutan untuk saudara kandung baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
k. Isa/poisaha adalah sebutan untuk kakak baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
l. Ai/poaiha adalah sebutan untuk adik baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
m. Pisa adalah sebutan untuk sepupu satu kali baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
n. Ndua adalah sebutan untuk sepupu dua kali baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
o. Ntolu adalah sebutan untuk sepupu tiga kali baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
p. Fokoanau adalah sebutan untuk kemenakan baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
q. Finemoghane adalah sebutan untuk saudara laki-laki pada semua golongan;
r. Finerobhine adalah sebutan untuk saudara perempuan pada semua golongan;
s.  Bhasitie adalah sebutan kepada keluarga yang hubungannya sudah jauh seperti sepupu empat kali atau ketika dua orang atau lebih bercerita lalu saling menanyakan asal dari mana kemudian menyebut nama kakek atau nenek di suatu daerah ternyata mereka yang bercerita itu merupakan keturunan dari nenek/kakek tersebut;
t.  Fokoawau adalah sebutan untuk nenek atau kakek dan cucu dari saudara pada semua golongan;
u. Ana adalah sebutan untuk anak baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
v. Kamodu adalah sebutan untuk besan baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
w. Tamba adalah sebutan untuk ipar baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
x. Bhai adalah sebutan kepada teman baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
y. Mosiraha adalah sebutan untuk tetangga atau orang yang sudah dianggap sebagai saudara atau keluarga sendiri pada semua golongan;
z. Kamokula adalah sebutan untuk orang tua baik orang tua kandung maupun orang tua pada umumnya, baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan;
aa. Abhi adalah sebutan pribadi antara dua individu atas kesepakatan sebelumnya. Misalnya Iman dan Ayu berteman lalu mereka menyepakati sebuah nama untuk penyebutan mereka. Anggap saja nama yang disepakati itu adalah ‘Shifa’, maka Iman akan memanggil Ayu dengan nama Shifa. Demikian pula dengan Ayu, ia akan memanggil Iman dengan nama yang sama yaitu Shifa;
bb. Mieno lambu adalah sebutan untuk suami atau istri pada semua golongan;
cc. Awantu/awa wangku adalah sebutan untuk cicit baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan.
4.  Bahasa
Bahasa yang digunakan di pulau Muna adalah bahasa Muna itu sendiri dan tentu saja bahasa Indonesia. Sekarang ini, baik di kota maupun di kampung-kampung di pulau Muna, masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi seperti penggunaan HP, komputer dalam hal ini internet, dan frekuensi menonton acara televisi. Sejak kecil, anak akan dibiasakan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia sehingga mau tak mau nenek dari anak ini akan menyesuaikan agar tetap berinteraksi dengan cucunya.
5.  Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya)
Seperti halnya di daerah lain, kesenian di Muna bermacam-macam. Seni rupa yang terkenal dan kelihatan di Muna adalah seni mengukir gambol dan kerajinan mebel. Seni suara ada namanya tradisi kantola, modero, dan gambusu. Seni gerak ada tari-tarian seperti tari linda, tari pogala, silat Muna, dan Kontau.
6.  Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan masyarakat Muna telah memadai. Di mana sekolah-sekolah telah tersebar dari kota ke desa-desa. Tenaga pengajar pun dari kalangan terpelajar seperti sarjana, diploma, dan magister. Dalam hal berinteraksi antara pengajar dan pelajar tidak mengalami kesulitan karena satu sama lain saling mengerti dalam hal berbahasa.
7.  Religi (sistem kepercayaan)

Penduduk di Muna mayoritas memeluk agama Islam. Pada tahun 2005 jumlah mesjid di seluruh wilayah Kabupaten Muna sebanyak 350 buah, langgar/surau/mushallah 97 buah, gereja 24 buah, dan pura/vihara 22 buah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar